Diantara fadhilah Ramadhan yang sangat besar adalah I’tikaf di 10 hari akhir Ramadhan, dengan melaksanakan rangkaian amaliyah qiyam-lail ( sholat sunnah ) ,membaca al-Qur’an,dzikir dan lainnya dalam rangka menjemput dan menjaring “ Lailatul Qodar “

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha diterangkan bahwa; “Apabila telah  masuk sepuluh terakhir Ramadhan Nabi shallalahu alaihi wasallam mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keuarganya,. Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan “beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya”.

 

MAKNA LAILATUL QODAR

Untuk memperoleh pemahaman yang jernih terkait malam lailatul qadar, Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) memberikan penjelasan terkait arti dan makna kata qadar. Penulis Kitab Tafsir Al-Misbah tersebut memaparkan tiga arti pada kata qadar, sebagai berikut:

èPertama, qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan Firman Allah pada QS Ad-Dukhan ayat 3. Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun. 

Al-Qur’an yang turun pada malam lailatul qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad SAW guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.

 

èKedua, qadar berati kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.

Kata qadar yang berarti mulia ditemukan dalam ayat ke-91 Surat Al-An’am yang berbicara tentang kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihi idz qalu ma anzala Allahu ‘ala basyarin min syay’i (mereka itu tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia).

 

èKetiga, qadar berarti sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Surat Al-Qadar: "pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."

Kata qadar yang berarti sempit digunakan oleh Al-Qur’an antara lain dalam ayat ke-26 Surat Ar-Ra’du: “Allah yabsuthu al-rizqa liman yasya’ wa yaqdiru” (Allah melapangkan rezeki bagi yang dikehendaki dan mempersempitnya bagi yang dikehendakinya)

 

KEUTAMAAN LAILATUL QODAR

Diantara fadhilah keutamaan lailatul Qodar adalah (1) Al-Quran diturunkan (awal kali) di Lailatul Qadar, ( 2. ) Beribadah pada malam itu lebih baik dibandingkan beribadah di 1000 bulan lain yang tidak ada Lailatul Qadar-nya ( 3.) Pada malam itu para Malaikat turun ke bumi. Para Malaikat yang merupakan penduduk langit turun ke bumi sehingga menimbulkan banyak kebaikan. ( 4.)  Keselamatan meliputi malam itu hingga terbit fajar.  Mujahid –seorang murid Ibnu Abbas- menjelaskan bahwa pada malam itu tidak ada penyakit dan syaithan sama sekali. Sedangkan Qotadah menjelaskan bahwa maksud keselamatan pada malam itu adalah kebaikan dan keberkahan (Zaadul Masiir karya Ibnul Jauzi (6/179-180)). Dan ke  ( 5. ) Pada malam itu ditulis takdir tahunan setiap makhluk. Ditulis takdir seluruh makhluk sejak malam itu hingga tahun berikutnya. Sebagaimana firman Alloh Q.S. Ad-Dukhan : 4 “ Di dalamnya ditetapkan setiap (takdir) perkara dengan penuh hikmah (bijaksana) “, yakni Pada Lailatu Qadar ditulis takdir seluruh makhluk hingga Lailatul Qadar tahun depan (sebagaimana dijelaskan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany dalam Fathul Baari).

 

Langkah menggapai Lailatul Qodar

Untuk dapat menjemput dan menjaring “ Lailatul Qodar “ para ulama yang bersumber dari Nabi saw, mengajari kita tentang amaliyah yang utama yang dilakukan adalah dengan beri’tikaf yakni berdiam diri di dalam masjid, dan lebih afdhol di masjid yang digunakan untuk sholat Jumu’ah dengan niat mengharap ridlo Alloh swt.

Sebenarnya, dengan hanya berdiam diri di masjid disertai tadabbur dan mengagungkan Alloh sudah cukup untuk mengisi aktifitas I’tikaf, namun lebih afdhol jika diisi dengan amaliyah diantaranya : “ sholat lail “ seperti sholat sunnah taubat, hajat, tahajjud dan lainnya yang termasuk sholat sunnah kategori sunnah mutlaqoh.

Juga dapat diisi dengan aktifitas  membaca al-Qur’an, dzikir, do’a dan bersholawat. Hal ini dimaksudkan agar diri dan jiwa benar-benar terasa dekat dengan Alloh, sehingga mempercepat dan memudahkan terkabulnya do’a.

 

Pada akhirnya marilah kita berdo’a memohon kepada Alloh, semoga kita dijadikan sebagai hambaNya yang aktif dan proaktif mengejar “ lailatul Qodar “ dan meraih fadhilahnya, sehingga Ramadhan semakin terasa berbobot dan berkualitas, aamiin.