Kewajiban Mencintai
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa Sallam
الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ, أَمّا بَعْد
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Mengawali khutbah
Jum’at ini, khatib mengajak agar pada Jum’at yang mulia ini kita (1)
Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah, serta (2) Memperbanyak shalawat kepada
Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Taqwa merupakan perintah dan wasiat
Allah kepada seluruh hamba-Nyaa. Taqwa juga merupakan bekal terbaik bahkan
satu-satunya bekal ketika seorang hamba menghadap kepada Allah Ta’ala. Taqwa
yang akan mengantarkan seorang hamba pada kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Karena orang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Rasul juga
mengatakan, amalan yang paling banyak memasukan manusia ke surga adalah taqwa
pada-Nya.
Diantara tanda atau
bukti Iman dan Taqwa kepada Allah adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya. Takkan
sempurna Iman seorang hamba sebelum menjadikan Rasul sebagai sosok yang paling
ia cintai melebih kecintaan pada segala sesuatu.
Allah Ta’ala berfirman:
والذي نفسي بيده لايؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه وماله وولده
والناس أجمعين”. [البخاري[
“Demi Dzat yang
jiwaku berada di Tanga-Nya, kalian tidak beriman hingga aku lebih dicintainya
melibihi (cintanya) pada diri, harta, dan anaknya, serta seluruh manusia” (HR.
Bukhari).
Hadits di atas menunjukan
bahwa bukti iman adalah mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam mebelihi kecintan terhadap diri, harta, anak serta apa dan siapapun
dari kalangan manusia. Orang beriman beriman yang sejati selalu menempatkan
cinta kepada Rasul pada posisi cinta tertinggi. Oleh karena itu Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebut cinta kepada Rasul sebagai
kewajiban yang harus ditunaikan setiap Muslim terhadap Rasul. Sebab hal itu
merupakan hak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana ditunjukan
oleh firman Allah Ta’ala dalam surah At-Taubah ayat 24;
﴿ قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ
وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ
تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ
بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لًا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴾ (سورة
التوبة، الآية 24).
Katakanlah: “jika
bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik. (QS: At-Taubah Ayat: 24)
Syekh Abdurrahman
bin Nashir As-Sa’di rahimahullah mengatakan;
“Ayat yang mulia ini
merupakan dalil paling agung yang menunjukan wajibnya mencintai Allah dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendahulukan kecintaan
pada keduanya atas segala sesuatu. Ayat ini juga menunjukkan ancaman keras
(wa’id syadid) dan celaan yang keras terhadap orang yang lebih mencintai
hal-hal yang disebutkan dalam ayat tersebut (ayah, anak, saudara, istri-suami,
harta kekayaan, aset bisnis, rumah) dari Allah, Rasul-Nya, dan jihad di
jalan-Nya. Bukti dari hal itu adalah (sikap) bila disodorkan kepadanya dua
pilihan antara (pertama) yang dicintai Allah dan Rasul-Nya namun tidak disukai
nafsunya dengan (yang kedua) disukai oleh nafsunya namun tidak dicintai Allah
dan Rasul-Nya. Jika seseorang memilih sesuatu yang disukai oleh hawa nafsunya
tinimbang yang dicintai Allah, maka hal itu adalah bukti bahwa ia dzalim dan
meninggalkan apa yang diwajibkan kepadanya. (Artinya orang itu tidak mencintai
Allah dan Rasul-Nya). (Taisir karimir Rahman, hlm.332)
Bahkan takkan pernah
sempurna iman seorang hamba selama ia masih lebih mencintai dirinya, anak, dan
orang tuanya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amirul Mu’minin Umar
bin Khathab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; Wahai Rasulullah; sungguh,
engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu, kecuali diriku (artinya Umar masih
lebih mencintai dirinya dari Nabi. Tapi beliau masih lebih mencintai Nabi dari
orang lain). “Tidak”, kata Rasul. “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya
(demi Allah), (anda tidak beriman) hingga aku lebih kau kamu cintai dari
dirimu”, lanjut Rasul. “Sekarang engkau sungguh lebih aku cintai dari diriku”,
kata Umar. Nabi mengatakan, “Sekarang (telah benar cintamu padaku) wahai Umar”.
Hadirin Jama’ah
Jum’at yang dirahmati Allah
Kecintaan pada Rasul
akan menjadi sebab berkumpul bersama beliau di surga kelak. Karena setiap orang
akan dikumpulkan bersama yang dicintainya. Seorang pria datang kepada Nabi
bertanya tentang ‘kapan’ kiamat. Tapi Rasulullah balik bertanya kepada pria
itu. “Apa yang anda siapkan untuknya?” “Tidak ada apa-apa, kecuali cintaku
kepada Allah dan Rasul-Nya”, jawab pria itu. “anda akan bersama dengan yang
anda cintai”, janji Rasul.
Ini merupakan
keutamaan yang agung. Kita dapat dikumpulkan bersama Nabi di surga meski tidak
mampu beramal seperti beliau. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
beliau sangat bahagia dan senang mendengar, “setiap orang akan dikumpulkan
bersama orang yang dicintainya”. “saya tidak dapat bermal seperti Rasulullah,
Abu Bakar dan Umar”, aku Anas.”Tapi dengan cintaku pada mereka, aku berharap
dapat dikumpulkan bersama mereka di surga nanti”, harapnya.
Hal yang sama
diungkapkan pula oleh Imam Syafi’i rahimahullah. Beliau mengatakan;
Aku mencintai para
shalihin, meski aku tidak termasuk (bagian) dari mereka
Semoga dengan
cintaku pada mereka, aku peroleh syafa’at
Jika manusia sealim
dan se-shaleh Anas bin Malik dan Imam Syafi’i masih berharap syafa’at melaui
cinta pada orang Shaleh, maka orang sekelas kita lebih butuh lagi. Oleh karena
itu, mari tumbuhsuburkan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, keluarga, dan para sahabanya serta orang-orang shaleh lainnya.
Baru saja dijelaskan tentang kewajiban mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Lalu dengan Apa dan Bagaimana
Membuktikan Cinta Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Diantaranya;
Pertama; Membenarkan
(tashdiq) berita dan informasi yang Nabi kabarkan.
Kedua, Mentaati
perintahnya,
Ketiga, Meninggalkan
larangannya
Keempat, Tidak
beribadah kepada Allah melainkan dengan mengikuti syariat dan sunnahnya.
Keempat poin
tersebut tercakup dalam Ittiba’ (mengikuti)
dan iqtida (meneladani) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Mari kita akhiri
khutbah ini dengan berdo’a kepada Allah dan bershalawat kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيآتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي
هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
مِنْ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ عَلَى
تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْد
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ
ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ
يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ
الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا فِيْمَنْ
خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ وَأَعِنْهُ عَلَى الْبِرِّ
وَالتَقْوَى ، وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ
لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ محمد صلى الله عليه وسلم .
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ آتِ نُفُوْسَنَا
تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا
وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى
وَالعَفَةَ وَالغِنَى. . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ
وَجِلَّهُ ؛ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ وَعَلَنَهُ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَتُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ
وَاكْتُبْ الصِحَّةَ وَالعَافِيَةَ وَالسَّلَامَةَ لِعُمُوْمِ المُسْلِمِيْنَ .
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
.
0 Komentar