KHUTBAH IDUL FITRI 
“ Menggapai kebahagiaan Jasmani , Pasca terpenuhi bahagia Ruhani
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَر اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ”.
اَلْحَمْـدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلمَشَـارِقِ وَاْلمَغَـارِب… خَـلَقَ اْلإِنْسَـانَ مِـنْ طِـيْنٍ لاَزِبٍ … ثُمَّ جَعَلَهُ نُطْفَةً بَيْنَ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ…خَلَقَ مِنْهُ زَوْجَهُ وَجَعَلَ مِنْهُمَا اْلأَبْنَاءَ وَاْلأَقَارِبْ.. تَـلَطَّـفَ بِـهِ فَنَـوَّعَ لَـهُ اْلمَطَـاعِـمِ وَ اْلمَشَـارِبْ… نَحْمَـدُهُ تَبَـارَكَ وَتَعَـالَى حَمْـدَ الطَّـامِعِ فىِ اْلمَزِيـْدِ وَالطَّـالِبْ… وَنَعُـوْذُ بِنُـوْرِ وَجْـهِـهِ اْلكَـرِيْـمِ مِـنْ شَـرِّ اْلعَـوَاقِـبْ
وَأَشْـهَـدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ اْلقَـوِىُّ اْلغَـالِـبْ … شَـهَـادَةَ مُتَيَقِّـنٍ بِـأَنَّ اْلـوَحْـدَانِيَّـةُ اللهِ أَمْـرٌ لاَزِمٍ لاَزِبْ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَـا مُحَمَّدًا عَبْـدُ اللهِ وَرَسُـوْلِ اْلمَلِكِ اْلـوَاهِبْ … مَا مِـنْ عَـاقِـلٍ إِلاَّ وَعَـلَّمَ أَنَّ اْلإِيْـمَـانَ بِهِ حَقُّ وَوَاجِبْ,
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ اْلاَوَّابْ, أَمَّا بَعْدُ,
مَعَاشِرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ, فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ
Kaum Muslimin, Jamaah Idul Fitri Rahimakumulloh
 Bulan Ramadhan telah berlalu. Bulan yang telah mengharu biru perasaan kita. Membawa jiwa kita kepada ketinggian dan kemuliaan jiwa, melalui tangga-tangga takwa. Suasana spiritual kita melambung tinggi meninggalkan bumi yang kita jejak menuju alam illiyyin. Tiba-tiba di bulan itu kita mengalami suasana batin yang berbeda. Tiba-tiba kita lebih dekat dengan masjid, lebih mesra dengan Al-Quran, lebih khusyu’ menghadap Alloh dalam ibadah. Kita baru saja menuntaskan pondasi kebahagiaan ruhaniyah dengan amaliyah ibadah selama sebulan penuh.
Dengan berkumandangnya takbir sejak kemaren sore, khotib mengajak dirinya dan para jamaah sekalian : Marilah kita jaga iman kita, dan mari kita tingkatkan kualitasnya menjadi muttaqin, sebagaimana diamanatkan dalam al-Qur’anul Karim “ La’allakum tattaquun “ dengan melaksanakan perintah-perintah Alloh dan menjauhi segala apa yang dilarang.
dan di hari kemenangan ini. Yakni menang atas segala keinginan buruk dan jahat, yang selama setahun telah memenjara jiwa kita, dengan berakhirnya Ramadhan, kita telah membangun pondasi kebahagiaan batin dan jiwa kita, sebagai modal untuk menggapai bahagia lahir, maka kumandang takbir, tasbih dan tahmid , mari selalu kita kumandangkan meski tanpa suara, sebagai rasa syukur kita atas nikmat Alloh, yang telah dicurahkan kepada kita semua.
Iman dan takwa yang berkualitas adalah yang mampu membebaskan jiwanya dari tekanan dan dorongan nafsu, dengan memaksimalkan fokus dan konsentrasi dalam beribadah, serta melibatkan ruhaniyahnya, sehingga ia memiliki jiwa yang bebas dan merdeka di dalam naungan hidayah, taufiq, inayah dan ridlo Alloh SWT.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Kelapangan ruhani kita raih dengan memanfaatkan momentum Ramadhan tahun ini sepenuh jiwa dan raga, dengan memaksimalkan ibadah puasa di siang hari, dan ibadah qiyam di malam hari, serta ditambah dengan amaliyah sunnah, seperti membaca al-Qur’an atau tadaarus, bershadaqah atau dengan ifthar dan dzikir sepanjang hari.
Sehinga di akhir ramadhan kemaren sore jiwa kita tercerahkan dengan perasaan yang begitu lapang dan lega, ini sesuai dengan sabda Nabi SAW.
Dari Abu Hurairah, Rasululloh SAW bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Dengan mendapatkan ampunan dari Alloh itulah jiwa kita menjadi bersih dan suci, laksana bayi yang baru lahir, yang menyiratkan raut muka yang bahagia dengan senyuman yang merekah secara tulus, maka kgembiraan dan kebahagiaan ruhani ini tiada tara dan tidak dapat dilukiskan dengan kata.
Maka dengan ibadah yang khusyu’ dan ikhlas, kita perkokoh hablumminalloh sebagai modal kita menggapai bahagia ruhaniyah

Kaum Muslimin, Jamaah Idul Fitri Rahimakumulloh
Untuk menyempurnakan kebahagian bathin selama Ramadhan, maka kita harus berusaha sekuat tenaga untuk meraih kebahagiaan lahir, yakni mewujudkan dan memperkokoh hablum-minannaas, dengan menebar,  mengaktifkan dan meningkatkan  ibadah sosial kita, sebagaimana yang diperintahkan Alloh dalam Q.S. Ali Imron : 2/134
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Empat karakter orang bertaqwa di hadapan makhluk khususnya sesame manusia, adalah sebagaimana yang dijelaskan pada ayat di atas, jika kita miliki, maka kebahagiaan lahiriah akan kita gapai. Empat sifat/karakter itu adalah :
1.    KECERDASAN FINANSIAL

Kecerdasan finansial artinya pandai mengelola harta yang dikaruniakan Alloh kepadanya, yakni dengan suka berbagi kepada dhu’afa’, fakir dan miskin di saat lapang rizki maupun saat sempit, jadi Orang bertakwa yang memiliki kecerdasan finansial itu tak sekedar pandai mencari uang, tidak sekedar pandai mengumpulkan pundi - pundi kekayaan. Rasulullah (SAW) telah memberikan definisi yang gamblang tentang orang yang memiliki kecerdasan finansial.
ليس الغنى عن كثرة العرض ولكنّ الغنى غنى النفس
“Yang disebut al-ghina (orang yang cerdas finansial) itu bukanlah mereka yang sekedar memilki harta yang banyak, tetapi al-ghina itu adalah mereka yang kaya jiwanya” ( HR. Bukhari).
Bukan disebut cerdas finasial orang yang memiliki harta banyak tetapi kikir, dan pelit. Buat apa mengumpulkan harta kalau tidak dibelanjakan? Buat apa menimbun harta kalau tidak disedekahkan? Harta dalam pandangan orang yang kikir adalah segala-galanya. Harta dikira dapat mengekalkan hidupnya. Bahkan Allah SWT mengecam orang yang memiliki pandangan picik seperti ini, tersurat dalam QS. Al-Humazah:
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (1) الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ (2) يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (3) كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ (4)
“celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. (Al-Humazah) [104]; 1-4)
Tidak termasuk cerdas finansial orang yang kaya tapi serakah, meskipun kaya, tapi jiwa miskin. Sekalipun kaya, tapi masih menginginkan harta orang lain. Meskipun hartanya berlimpaj ruah tak terbilang tapi masih merasa belum cukup.
Benarlah sabda Nabi SAW kepada ‘amru :
“ wahai ‘amru, alangkah bagusnya harta yang baik di tangan orang-orang yang baik (saleh)”. (Riwayat ahmad).
melalui hadits tersebut, Rasulullah SAW menginginkan kaum muslim cerdas finansial, dalam arti mereka dapat menguasai harta dan dapat pula membelanjakannya dengan sebaik-baiknya. Hartanya dimanfaatkan untuk membantu orang yang memerlukannya : fakir miskin, yatim piatu, anak-anak yang memerlukan biaya sekolah, orang yang lanjut usia, orang-orang sakit yang tak memiliki biaya.  Maka dengan berbagi itulah kebahagiaan lahir akan tercapai, karena selain orang senang terhadap orang yang dermawan, doa para dhu’afa itu adalah doa yang mustajabah.

Kaum Muslimin, Jamaah Idul Fitri Rahimakumulloh
2.    KECERDASAN EMOSI

Ciri kedua orang yang bertakwa adalah “wal kazhiminal ghaizh’ ( orang- orang yang bisa menahan diri ketika marah). Atau dengan istilah sekarang adalah orang yang memiliki kecerdasan emosi.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu, orang hanya mengenal satu jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan intelegensi atau dikenal dengan IQ. Pada saat itu, keberhasilan dan keberuntungan orang sangat ditentukan oleh seberapa tinggi IQ-nya. Semakin tinggi IQ seseorang, kemungkinan berhasilnya sangat besar. Itulah sebabnya, semua lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan lembaga bisnis melakukan tes IQ dalam penerimaan siswa, pegawai, atau karyawan.
Namun, teori yang dibanggakan itu runtuh setelah melalui serangkaian penelitian bahwa IQ bukan segala-galanya. Bahkan IQ menurut hasil penelitian itu hanya menyumbang 15% saja tingkat keberhasilan seseorang. Yang mengejutkan justru EQ ( emotional Quotient) lah yang menjadi faktor penentu, sekitar 60% sampai 85% faktor kesuksesan.
Ternyata faktor kesabaran, keuletan, kegigihan, istiqamah, disiplin, dan tidak mudah emosi merupakan kunci keberhasilan manusia dalam membangun kesuksesan. Betapa banyak orang yang pintar, yang nilai akademisnya selalu tinggi, IQ –nya di atas rata-rata tapi dalam hidupnya sering menemui kegagalan!
èEmpat belas abad yang lampau al-Qur’an telah mengenalkan teori dan juga tokoh-tokohnya. Nabi Yusuf contoh terbaik manusia yang paling cerdas emosinya. Kisah Yusuf ini bahkan diakui Oleh Al-Qur’an sebagai ahsanul qashashi, sebaik-baik kisah.
èNabi Muhammad SAW adalah juga Nabi dan Rasul yang sangat cerdas emosinya, dikisahkan suatu ketika Rasulullah bersama sahabat-sahabat lainya sedang berada di mesjid. Tiba-tiba saja seorang badui datang, lalu dengan seenaknya kencing di tengah masjid. Para sahabat marah, hampir membunuh dan memukulnya. Tapi Rasulullah segera mencegahnya. Ketika kejadian itu selesai, Rasulullah menjelaskan, seandainya saat orang badui tengah kencing tadi kalian buru, maka air kencingnya akan mengenai semua lantai masjid. Tak cukup satu ember air untuk membersihkannya. Dengan sedikit sabar, menahan emosi, maka seember air cukup untuk membersihkanya.
Kesabaran dan kekuatan menahan emosi itulah yang diajarkan Rasulullah SAW selama kita berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda:
“puasa itu perisai. Maka pada hari puasa, jaganlah kamu mengumbar perkataan kotor dan jangan pula menjerit-jerit. Jika di caci atau diganggu orang, hendaklah kamu mengucapkan, “sesungguhnya aku tengah berpuasa “ (Riwayat Al-Bukhari –Muslim).

Ramadhan disebut bulan kesabaran, karena di dalamnya kita digembleng mentalnya untuk sabar . sabar ketika lapar dan haus, sabar tak mengucapkan kata-kata kotor, dan jorok. Sebulan penuh kita di ajari untuk bersabar, tidak marah, tidak membenci, dan tidak kecewa.

Kita harus memiliki kecerdasan emosi sebagai ciri orang yang bertakwa. Sebagai suami, kita harus pandai memimpin istri dan anak-anak. Kita harus sabar, mau mendengar, tahu perasaan orang lain, menghargai, memberi apresiasi, mau meminta maaf dan mudah memaafkan, serta tidak pelit mengucapkan terima kasih.
Sebagai istri, wajib bagi ibu-ibu untuk senantiasa menghormati suami sebagai pemimpin rumah tangga, mentaati perintahnya, melayani kebutuhannya, dan menyenangkan hatinya. Jangan pernah berkata kasar, bersuara keras, merasa lebih pintar, apalagi menggurui ,boleh saja penghasilan ibu lebih besar, ilmu lebih tinggi, posisi dan kedudukan lebih terhormat, tapi kalau sudah di rumah, yang menjadi pemimpin adalah suami.
Demikian juga di lingkungan dan masyarakat, kecerdasan emosional menjadi kunci kebahagiaan lahiriyah, karena orang akan merasa nyaman dan suka berlama-lama dengan kita yang cerdas emosionalnya.
Allahu akbar ..... allahu akbar ..... Allahu akbar .....walillahil hamd.....
Kaum Muslimin, Jamaah Idul Fitri Rahimakumulloh
3.    KECERDASAN SOSIAL
Ciri ketiga orang yang bertakwa adalah memiliki kecerdasan sosial, wal ‘afina aninnas (orang yang mudah memaafkan).
Tidak mudah hidup bermasyarakat. Ada seribu satu masalah yang selalu menyertai kehidupan bersama. Di dalamnya tidak jarang beredar fitnah, gunjingan, ghibah, namimah, sampai adu domba. Orang yang memiliki kecerdasan sosial tidak lari dari situasi ini, bahkan di era kemajuan IT saat ini, di mana hoax atau berita bohong mudah tersebar di media sosial dan dunia maya.
Untuk itu Rasulullah SAW bersabda:
“seorang mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari orang yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka. ( Riwayat Ahmad dan Tirmidzi).
Senjata utama bagi orang yang memiliki kecerdasan sosial adalah memaafkan. Dengan memaafkan hati menjadi lapang, pikiran menjadi tenang, dan ibadah menjadi khusyu’. Sebaliknya, orang yang sulit memaafkan orang lain, dadanya menjadi sempit, hatinya di penuhi rasa dendam, dan pikirannya di penuhi keinginan untuk membalas, ada sesal, marah, dendam, kecewa, dan sakit hati, menggumpal menjadi penyakit jiwa yang tidak ada obatnya.
Memaafkan merupakan cara yang paling manjur untuk membebaskan manusia dari semua penyakit tersebut. Orang yang mudah memaafkan mentalnya sehat dan pikirannya jernih.
Mari, kami mengajak kepada saudara-saudara semua untuk membuka pintu maaf kepada orang lain. Tanpa diminta, nanti kita maafkan anak-anak kita, istri/suami kita, saudara kita, teman-teman kita, kerabat dekat dan kerabat jauh, Tak lupa sembari memberi maaf kita doakan atas kebaikan mereka, semoga
diberi kesehatan, kesuksesan, kemuliaan, keberkahan, rahmat dan hidayah oleh allah SWT.
Karena dengan kecerdasan sosial inilah, kebahagiaan hidup di dunia akan kita capai

Allahu akbar ..... allahu akbar ..... Allahu akbar .....walillahil hamd.....
Kaum Muslimin, Jamaah Idul Fitri Rahimakumulloh
  1. KECERDASAN SPRITUAL
    Terakhir, wa idza fa’alu fahisyatan aw zhalamu anfusahum dzakarullah, fastaghfaru li dzunubihim, ( QS. Ali imron 3: 135 ) apabila berbuat kesalahan atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengigat Allah, lalu memohon  ampunan kepadaNya.
    Ciri keempat orang yang bertakwa yakni memiliki kecerdasan spritual. Orang yang memiliki kecerdasan ini selalu merasa diintai Allah. Allah telah memasang CCTV dimana-mana, tidak ada ruang di dunia ini yang lepas dari CCTV allah, sehingga tidak ada satu perbuatan, sekecil apapun tanpa pantauan allah. Semua terawasi, dan terekam dengan baik.
فَمَنۡ يَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَّرَهٗ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya”. (Al-Zalzalah [99]; 7).
Muraqabah adalah  merasa selalu diawasi dan dilihat Allah SWT , dan itu merupakan esensi dari kecerdasan spiritual. Orang yang mempunyai kecerdasan sejenis ini akan senantiasa berada dalam kebaikan, sebab mereka berusaha untuk tampil sebaik mungkin di hadapan Allah SWT. Mereka tidak ingin terpantau oleh Allah SWT dalam keadaan buruk dan jahat.
Allahu akbar ..... allahu akbar ..... Allahu akbar .....walillahil hamd.....
Kaum Muslimin, Jamaah Idul Fitri Rahimakumulloh
Pada akhir khutbah ini, dapatlah disimpulkan :
1.    Kesempurnaan ibadah amaliyah selama Ramadhan dapat memperkuat hubungan kita dengan Alloh ( Hablumminalloh ) sehingga tercapai kebahagian ruhani karena senantiasa berada dekat dengan Alloh
2.    Di bulan Syawal ini, kebahagiaan batiniyah ruhaniyah dapat kita sempurnakan dengan menggapai kebahagiaan lahiriyah, dengan meningkatkan 4 kecerdasan yang merupakan karakter orang yang muttakin, yakni : kecerdasan finansial, emosional, sosial dan kecerdasan spiritual
Pada akhirnya, marilah kita tengadahkan tangan ke langit dengan kerendahan hati dan kehinaan jiwa di hadapan Dzat yang Maha Suci dan Maha Sempurna, memohon semoga Alloh selalu membuat kita semangat beribadah, sehingga ruhani kita kaya dan selalu dengat denganNya, dan semoga dengan puasa ramadhan tahun ini, kita termasuk hambaNya yang muttaqin, kembali kepada kesucian dan menjadi pemenang, aamin ya mujiibassailiin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ, وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْمْ, وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَ الْفَائِزِيْن


KHUTBAH 2
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِوَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ, وَاجْعَلْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا ِبمَا عَلَّمْتَنَا وَفَقِّهْنَا فيِ دِيْنِكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَاْلإِكْرَام
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ، وِانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُؤْمِنِيْنَ فيِ كُلِّ مَكَانٍ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتَ
رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن