Intisari Khutbah Bulan Syawal
Tinggal sepekan kita
menikmati bulan syawwal yang penuh dengan gegap gempita diri yang fitri untuk
memperbaiki kembali tali silaturrahmi, yakni ikatan jiwa antar menusia sebagai
pondasi kokoh untuk meraih kualitas kehidupan dunia yang lebih baik.
Lebih jauh daripada
itu, setelah kita menuntaskan pemenuhan kebutuhan ruhaniyah selama Ramadhan,
dan setelah kita perbaiki ikatan jiwa
sesame manusia, dengan orang tua kita, dengan suami atau istri , dengan
anak-anak, dengan kerabat dan handai tolan serta sahabat dan teman-teman, maka
kita harus sudah mulai merencanakan beberapa langkah ke depan, agar kualitas
jasmani dan ruhani kita mampu bertahan hingga setahun ke depan, saat kita
dipertemukan kembali dengan ramadhan tahun depan.
Sebab perputaran
waktu yang demikian cepat, seringkali membuat kita alpa dan lalai, peringatan
akan kewaspadaan dalam menyikapi perputaran waktu, telah Alloh sampaikan jelas
dalam surah al-;ashr :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
”Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati
kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).
Pertanyaannya adalah : apa yang musti kita rencanakan paska syawwal ini ?
Untuk
menjaga kualitas ruhaniyah kita perlu memberikan asupan yang cukup
dan bergizi, dan jangan sampai jiwa kita mengalami kekurangan asupan dan kurang
gizi, dengan langkah-langkah :
1.
Meningkatkan amal ibadah, sesuai makna
syawwal ( bulanpeningkatan ) dengan Beristiqomah dalam mengamalkan
amalan-amalan mulia di bulan Ramadhan, sebab amal ibadah yang tidak istiqomah
akan mengurangi kesempurnaan hasil yang akan dicapai.
Dan peningkatan itu
tidak lain adalah sikap istiqamah, Menetapi agama Allah, dan berjalan lurus di
atas ajarannya. Firman Allah
فَاسْتَقِمْ
كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
بَصِيرٌ
Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS. Huud : 112)
Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus.
Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus.
2.
إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى
اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلّ
Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus
(kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk itu amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan juga bulan-bulan berikutnya. Tilawah Qur'annya tetap dilanggengkan. Shalat malamnya yang sebelumnya kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqahnya juga tetap kita pertahankan.
Untuk itu amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan juga bulan-bulan berikutnya. Tilawah Qur'annya tetap dilanggengkan. Shalat malamnya yang sebelumnya kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqahnya juga tetap kita pertahankan.
Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan. kita
tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa
Ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita
berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan
Allah.
Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan semakin meningkat. Bukan menipis lalu hilang seketika
Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan semakin meningkat. Bukan menipis lalu hilang seketika
2.Menjaga istiqomah itu
dengan rajin menghadiri dan mengikuti majelis-majelis, seperti majelis dzikir,
majelis sholawat atau juga majelis ilmu, sebab dengan mengikuti majelis-majelis
tersebut, amalan-amalan kita yang istiqomah itu akan terjaga dari godaan-godaan
juga akan membuat hati kita tenang dan tenteram bersama Alloh SWT.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ
بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul
di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan
saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan),
mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah
akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya”
(HR. Muslim no. 2699).
Sedangkan untuk menjaga kebaikan jasmaniyah kita perlu menjaga kuatnya ikatan jiwa atau silaturrahmi, mengupayakan segala hal agar silaturrahmi kita terjaga kuat, dan menghindari segala hal yang dapat membuat silaturrahmi renggang bahkan putus:
Alloh berfirman
dalam QS. Ali Imron 134
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Yang dapat menguatkan silaturrahmi :
1. Sifat dermawan yang tidak
banyak perhitungan
2. Tidak mudah emosi dan mudah
terbawa perasaan
3. Sikap mudah memberikan maaf
dengan tulus dan tanpa persyaratan
Sedangkan
hal-hal yang dapat membuat renggangnya silaturrahmi dan bahkan mengancam putus
adalah kebalikan dari hal-hal di atas
1. Kikir dan bakhil
2.
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ
بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka
sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan :
memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan
memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus,
dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya.
[ HR. Abu Daud ]
3. Mudah tersulut emosi tanpa
tabayuun dan konfirmasi
4. Pemarah,pendendam dan tidak
mudah memberikan maaf
0 Komentar