Jangkrik Lanang
Kata Sibu : ingsun (Jala alias
JangkrikLanang) lahir tepat tengah hari saat kaum bapak sedang jamaah shalat
Jum’at ( lahir tanpa bapak dong????? )….. ya tepatnya JUM’AT PON, dengan kondisi normal dan
sehat, cuman yang bikin sibu terperanjat bin kaget saat mbah dukun ( AKBID
masih belum terpikir lho….) berteriak saat menerima jabang bayiku “ Inna
lillaah…..!” teriaknya…. Sibu lantas dengan gemetar bertanya : Sibu (SB) : what
happened miss …? ( ya kayak pếlem lah di inggriskan,gitoh….) “ is my baby dead
???? ( penuh rasa penasaran ) Mbah dukun ( MD ): la’ la’ ( dengan gaya khas Aroby )… laakin haadzal
ghulaam kabiirr jiddan ( tidak….tidak….., Cuma bayi ini gede banggeeeeet…. ) SB : “ Alhamdulillah, saya kira ada apa-apanya dengan
bayiku yang ke 3 ini “ MD : Alhamdulillah Memang ingsun anak ke 3 dari 8
bersaudara [ jangan bayangin yang enggak2, sebab dulu belon ada KB seperti
sekarang, KB-jadul is Kadung Brudul/ terlanjur keluar terus], dan saat
ditimbang ( saat itu yang ada adalah timbangan DACINAN yang biasa untuk nimbang
gabah (padi) di sawah ) ternyata berat ingsun ( cerita sibu ) is 4.5 kg……… (
wonderful n great enough …..) Makanya sibu yang hanya seorang guru SD dan bopo
yang hanya pegawai rendahan gak bisa negemong sendiri, dan diangkatlah JAMEELA
( bukan Mulan Jameela loh… ntu dah tak updatin cara penulisannya, mestinya
Jamilah, gicu…. ) yang biasa dipanggil YUJAM…… dan cerita dari beliaunya ini (
mutawatir lagi ) katanya : ingsun tu “ bayi yang gak suka pakai sepatu NIKE or
gak neko-neko”….. disuapin apa aja… OK langsung bais… juga setelah disuapin,
Molor dach seharian, padahal cuma ditidurin di samping lesung…(tempat numbuk
padi )…. SIbu nglanjutin ceritanya : setelah sekitar sepekan, oleh bopo ingsun
dikasih “tetenger” atawa nama Yusron Kholid yang menurut argument beliau ( Yusron =
Kemudahan, gampang, dan Kholid= Abadi, selamanya ) dengan maksud agar ingsun selalu
dilimpahi kemudahan dalam segala hal, selamanya tak terbatas waktu…. (
Alhamdulillah )dan ternyata do’a itu ingsun rasakan ada benarnya n
terkabul…..(abis..!) karena ingsun gak pernah ngrasa kesulitan yang amat yang
bikin stress n dipressi…. Ya cuman kesulitan2 kecil-lah ( kayak sulit pake kaos
kaki, sulit metik mangga tanpa galah… or sulit menang saat main gundu…hanya
gitu-gitu aja )….. llha karena lidah kecilq masih kelu…. Kalo ditanya : siapa
namamu nak, njur ingsun jawab : Ềnthong Ayit ( Enthong = sendok besar untuk
mengambil nasi dari bakul, n Ayit = arit/sabit/ alat untuk cari rumput……(
jadilah laqob-ku anak penggembala yang doyan makan …bahhhh!?).. Jala yunior
sudah tampak lucunya ( demikian kata sibu )…. Ia tumbuh gendut dan imut dengan
kulit kuning langsat, menggoda para ibu yang melihat jadi gemes dan pingin nge-sun
atawa nyeweli ( nyubiti) pipi ingsun yang ranum bagai buah jambu mente, karena
saking tembem-nya ( he he he he he ) Di usia bocah seperti itu ( kata sibu )
JaLa amat lincah dan gesit… dan sudah mulai kelihatan belajar mandirinya….
Betapa, setiap malam tidak di”ninabobok”in sibu, tapi sudah gabung dengan
kawan-kawan di masjid sebelah timur rumah., padahal baru jalan umurnya 4 tahun,
saat dia masuk di TK…. ( langsung 0B lho…kan bongsor)…. Di masjid sesaat malem
sebelum tidur, anak masjid itu punya acara ritual rutin – yang bila tidak
dilakoni, terasa kurang genap- yakni “ mencari makanan bekal tidur”, means,
harus cari suapan mulut sebelum bermimpi….. ada macam-macam bentuk ritualnya :
dapat mangga setengah matang ( kmampo) di pohon tetangga, kacang tanah di sawah
(Tegalan) pak lurah, juga OK, atau batangan tebu , bahkan kalau lagi gersang
banget, kelapa gading di belakang rumah pak kyai juga diembat. Dan
mereka-mereka yang kehilangan gak pernah komplain, ya mungkin udah paham kalo
itu ulah “ bocah langgar” yang mungkin juga mereka merasa dibantu jaga malam (
kali aja lho, wong Cuma prediksi, he he he )….. nyatanya “ bocah langgar”
(termasuk ingsun) gak pernah ngambil melebihi takaran perut, dan gak pernah
ngambil untuk dijadikan komoditas ekonomi attawa dijual……. ……..tersisa kapan-kapan…………….
0 Komentar