RAMADHAN TAHUN 2020 INI, “ AMAZING“

Oleh : H. Yusron Kholid
Kasi PD. Pontren Kemenag  Kab. Magetan

Saat saya masih seusia sekolah dasar, setiap Ramadhan datang, terbetk di batin kami anak-anak desa, rasa suka cita yang begitu berkesan, sehingga kami menanti kedatangannya setiap tahun. Ada beberapa alasan mengapa kami merasakan seperti itu, yang terpenting kami bisa tidur di masjid atau musholla dengan membawa bekal untuk makan sahur, selain menu makan kami pasti berbeda dengan hari-hari lain di luar Ramadhan.

Meski sedikit berkurang rasa suka cita itu, beberapa tahun-tahun terakhir Ramadhan, namun tidak hilang sama sekali, hal itu lebih karena melimpahnya menu berbuka, semakin banyak yang menyediakan menu berbuka yang telah membuka lapaknya sejak siang hari, atau juga dinamika dalam mengadakan bukber atau buka bersama, atau bahkan  di kota-kota besar ada ritual yang bernama Sahur on The Road dengan konvoi kendaraan yang entah apa maksudnya.

Ramadhan, semakin ke belakang semakin kita rasakan semakin kehilangan esensinya, dan seakan-akan malah cenderung seperti ritual tahunan yang monoton, di mana di awal Ramadhan umat Muslim berbondong-bondong memadati musholla atau masjid saat berjamaah sholat Isya’ sampai-sampai takmit masjid mengusahakan tambahan tempat agar dapat menampung jamaah yang membludak, sementara 10 hari berikutnya yang ramai justru tempat-tempat belanja, bukan hanya toko penganan Syawal tapi hampir semua jenis perdagangan menjadi sangat ramai, lalu di 10 hari akhir Ramadhan mulai terjadi pergerakan dan kesibukan lain yakni aktifitas mudik atau pulang kampung dengan berbagai variasi dan keunikan dan bahkan menjadi pergerakan massal yang membuat banyak perusahaan, perkantoran dan bahkan komunitas yang mengadakan mudik bareng.

Namun di tahun 2020 masehi ini, yakni Ramadhan 1441 H, terasa berbeda, kondisi seperti ini sudah mulai terasa beberapa bulan yang lalu, bersamaan dengan munculnya jenis virus baru yang di awal kemunculannya disebut dengan virus corona, dan pada fase berikutnya virus tersebut mulai merebak dan menyebar di seluruh penjuru dunia, pun Indonesia yang kemudia WHO Organisasi Kesehatan Dunia merubah namanya menjadi Coronavirus deseas atau Covid-19 di mana untuk menhan dan menghadang persebarannya diperlukan gerakan phisical distancing atau bahkan social distancing yang menimbulkan kepanikan baru, yakni mulai ditutupnya tanah suci sebagai pusat ibadh umroh dan diikuti dengan kebijakan lock-down mengisolasi sebuah wilayah, bahkan sebelum Ramadhan menjelang diterapkan PSBB Pembatasan Sosial Berskala Besar yang implikasinya membatasi kegiatan bekerja, aktifitas pendidikan, kegiatan peribadatan dan perkumpulan orang serta pergerakan lintas wilayah, dan kekhawatiran tentang kekhidmatan Ramadhan pun awalnya begitu ramai diperbincangkan.

Namun setelah Ramadhan benar-benar tiba, ternyata Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang luar biasa dan amazing. Gambaran demikian terhadap Ramadhan tahun ini tentunya melihat beberapa aspek yang ternyata memberikan dampak dan nuansa yang positif baik dalam kehidupan indifidual maupun kehidupan sosial bersama.

Aspek “ amazingnya Ramadhan “ tahun ini dapat kita lihat dan rasakan antara lain :

1.  1.Restrukturisasi Benteng Ketahanan Keluarga, sebagaimana yang kita ketahui bahwa rumah yang menampung sebuah keluarga merupakan benteng pertahanan yang paling pertama dan paling utama, di mana setiap anggota keluarga semestinya merasa aman di dalam rumah tersebut, namun bersamaan dengan perjalanan waktu dan perubahan pola hidup, banyak keluarga yang justru merasakan kehampaan di dalam rumah meskipun fasilitasnya sangat lengkap, hal itu tentunya memberi pemahaman bahwa kecukupan materi tidaklah menjamin kebahagiaan dan kenyamanan anggota keluarga, sehingga mengapa Nabi Muhammad berpesan melalui sebuah hadits : “ Nawwiruu buyuutakum bis-sholaati wa bi qiroo-atil qur’an “ Terangilah rumahmu dengan sholat dan bacaan al-Qur’an, maka dengan mewabahnya pandemi covid 19 yang bersamaan dengan datangnya Ramadhan tahun 2020 ini memberi solusi atas hambarnya nuansa rumah tangga karena kering dari nuansa ruhani atas anggota keluarga tersebut, dan dengan pemabatasan-pembatasan serta gerakan #dirumahsaja membuat aktifitas termasuh peribadatan disentrakan di rumah, dan sungguh amazing dan luar biasa, Ramadhan memrubah pola hidup keluarga di saat menjalani puasa di bulan Ramadhan dengan banyak menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah, dan melaksakan ibadah bersama di rumah, seperti sholat fardlu, tarawih, membaca al-Qur’an, dan bahkan berbuka serta makan sahurpun dilaksanakan bersama penuh kekeluargaan dan penuh kasih sayang antar anggota keluarga.

2.    Meneguhkan kesejatian Masjid atau musholla, di satu sisi – di saat Ramadhan- masjid atau musholla sebagai sentra kegiatan keagamaan, mulai pelaksanaan sholat fardlu, sholat sunnah, taklim, tadarus dan bahkan ifthar ( berbuka ) di sisi lain – masjid atau musholla – adalah Baitulloh yang dekat dengan kediaman kita, yang harus dijaga marwahnya dari semua kepentingan duniawi. Sebagaimana yang kita rasakan pada Ramdhan tahun-tahun lalu, masjid atau musholla begitu hidup sepanjang waktu, namun di sisi lain, kehidupan tempat yang suci itu terkadang lebih menonjol dalam aktifitas fisik saja, di mana suara yang keluar dari horn masjid atau musholla saling bersahutan dan tak jarang di dalam radius yang sangat berdekatan, sehingga terasa kering dirasakan dalam jiwa, karena ingar bingarnya tak sepadan dengan jumlah person yang hadir dan ada. Yang lebih ironis lagi jumlah jamaah yang ifthor di masjid lebih sedikit dari jamuan yang dikirim oleh jamaah, sehingga terkesan telah terjadi pemubadziran, pun juga saat tadarus membaca al-qur’an yang begitu lantang terdengar di pengeras suara, yang sering terjadi yang membaca hanya itu-itu saja yang masih bisa dihitung dengan jari. Yang menunjukkan kuantitas serta kualitas orang yang memakmurkan masjid atau musholla, Alloh menegaskan dalam Q.S. at-Taubah ayat 18 : yang artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. “ seakan suara yang keluar tidak sebanding dengan para pemakmurnya.
Namun Ramadhan tahun ini, sungguh luar biasa dan amazing, masjid-masjid di daerah hijau covid 19, masih melakukan aktifitas ibadah dalam rangka mensyiarkan Islam, meski dengan modifikasi sesuai dengan protokol kesehatan, yakni hanya adzan dan iqamah yang dinaikkan melalui pengeras suara, tidak ada lagi suara tadarus, taklim atau qiroah sebelum masuk waktu sholat, namun kekhidmatan mereka justru tampak dan terasa, karena mereka telah teruji dan terseleksi secara alamiyah tentang kualitas dan kesungguhannya meramaikan bulan suci Ramadhan, seakan kita kembali ke beberapa puluh tahun yang lalu, di mana bangunan masjid musholla belum semegah sekarang, pengeras suara belum sekeras dan selantang sekarang, namun nuansa khidmat, khusyu’ dan tawadlu’ sungguh sangat terasa. Maka Ramadhan kali ini sungguh meneguhkan kesejatian masjid dan musholla sebagai Rumah Alloh yang harus dijaga marwah dan kesuciannya, serta dijauhkan dari perlombaan keras-kerasan suara atai ingar bingar aktifitas fisiknya, tapi justru memberikan afek adem ayem dan khusyu’ di hati para pemakmurnya.

3.    Memurnikan kesucian Ramadhan,   meski panggilan akrabnya Ramadhan adalah bulan suci, karena jenis amal yang  banyak, nilainyapun dilipat gandakan dan seluruh nuansanya membuat jiwa-jiwa mukmin muslim menuju kesucian atau fitrah, namun di tahun-tahun lalu kita merasakan bahkan sebagai pelaku, betapa hiruk pikuk mulai pertengahan Ramadhan terasa begitu menyesak dada, di mana manusia sudah mulai sibuk memikirkan sajian lebaran, sibuk menyiapkan mudik atau pulang kampung atau kesibukan lain yang sangat jelas dan terasa. Tidak ada tempat yang tidak ramai oleh lalu lalang manusia maupun kendaraan, dan ironinya, masjid dan musholla mulai kehilangan peminatnya, menjadi sepi seperti sedia kala.
Ramadhan tahun ini, sungguh luar biasa, dengan diterapkannya pembatasan-pembatasan, juga pelarangan melakukan perjalan dan mudik, maka tidak lagi terjadi keramaian dan hiruk pikuk, sungguh terasa sepi dan damai, bahkan polusi udara terasa steril dengan sendirinya, udara terasa segar dan kita merasa nyaman bernafas. Tak tampak lagi kesibukan yang mengganggu kekhidmatan selama Ramadhan, dan itulah Ramadhan tahun ini yang sungguh amazing dan luar biasa.

Meski dengan perantara wabah Alloh merubah pola dan budaya kita, khususnya pada bulan Ramadhan, namun kita tetap berharap dan berdoa, semoga pandemi ini segera berakhir dan kita dapat merasakan kehidupan seperti sebelum masa wabah covid 19 ini melanda. Dan semoga Ramadhan berikutnya kembali dengan syiar Islamnya yang syahdu, sebagai sarana agar kita kembali suci dan fitrah, seperti sucinya bayi yang baru dilahirkan, aamin yaa mujiibas-saa-iliin,