……. Dari begitu banyak jenis acara
ritual sebelum tidur bagi ingsun dan teman-teman “anak langgar “ adalah mencari
ikan di malam hari di sungai, dalam istilah kami adalah “nyuluh”, dengan
berbekal lampu minyak [petromax] dan sebilah samurai, selepas isya’ mulai
hunting…. Dari sekian “anak
langgar” menurut aturan kami ala “wong ndeso” tidak serta merta bergabung
menjadi satu kelompok, namun dipecah menjadi tim-tim kecil, satu tim tidak
boleh lebih dari 4 orang ( why?...... ikannya pada takut, kata temen ingsun…..
he..he…he )… dan dalam satu tim itupun telah diatur strategi dan pembagian
job-discriptionnya ( ce ileeeee, kayak amtenar aja …..)…. Seorang sebagai
pembawa lampu, seorang lagi membawa “kembung” tempat ikan hasil tangkapan…. Dan
satu lagi sebagai “hunter” yang membawa samurai… kalau ada tambahan [ karena
kkelebihan personil ] maka ditugasi sebagai “juru lacak” di mana ada “target”
bersembunyi…. Upsss… asyik lho berburu ikan di tengah malam…. Cos, suasananya
yang super sepi, suara gemerit bamboo yang berirama voodoo { ngeriiiii } …
trus, saat hunting dan kaki udah “nyemplung” ke dalam air, dilarang keras
berjalan cepat dan berkata-kata “yang membuat si mangsa lari terbirit-birit”……
[ tambah ngeri kan??? ]…..nah …. Kalo posisi “target” udah tampak, maka pembagian
tugas-pun di atur dengan bahasa isarat [ kayak serdadu itu loh….. ] Kisah
Sekolah…… ingsun sudah disekolahin saat usia belum genap 6 tahun….. tau
kenapa?..... karena ingsun BONGSOR…… jadi kalau duduk di kelas udah paling
gede…. ( tapi masih nangisan alias cengeng loh….), nah karena bokap tuh
“sesepuh” kampong alias “imam masjid”, ingsun tentu disekolahin di MI (
Madrasah Ibtidaiyyah) di desa sebelah sekitar 1,5 km dari rumah, meskipun di
depan rumah juga ada SD-nya…… so, ingsun banyak menerima pelajaran agama di
situ….. Peristiwa kecil yang amat ingsun ingat adalah : saat pelajaran bahasa
arab, sang guru dating terlambat, nah atas inisiatif para sohib, kami sekelas (
20 anak ) bermain di sawah, yang saat itu ditanami tanaman tebu….. meski tak
jauh dari lokasi madrasah, namun bermain kami bukan hanya melihat-lihat tanaman
tebu itu, tapi juga berlomba menebang yang ada di pinggir jalan, maka waktu
yang dibutuhin juga cukup lama jug acing….. nah, ternyata pas udah balik ke
madrasah, ustadz bahasa arab udah berdiri di depan kelas, lagi ngajar temen
cewek yang pada gak ikutan ke sawah…. Saat kami hendak mengetuk pintu Pak
Tarminto ( guru dimaksud:red)…. Udah pasang muka angker alias serem ditambah
bunyi suara gemelatuk gigi geram…………. Kami semua “keder” dibuatnya, lantas
dengan suara lantang beliau memanggil kami…………… heeemmmmmmmmmm serem banget
cing…. Sampa-sampe ada temen ingsun yang gak kuat nahan rasa takutnya, lalu
“pipis” di celana….. kontan sekelas pada tertawa, tapi karena gemelegar suara
pak Tarminto kian dhasyat, demi melihat kami seperti itu…. Lalu satu persatu,
kami dihukum, dengan bermacam-macam jenis… ada yang diantara jari tengah dan
jari telunjuk diberi pulpen, lantas pak Tarminto memutar pulpen itu, ada yang “
diplirit athi-athinya” ( rambut di belakang telinga, ditelusuri ke atas dengan
memakai ibu jari ), dan ingsun kebagian “dipithes dada, tepat di benjolan
kecil”…….ups….sakit banget cing…… ( kalo pake perasaan lembut, mungkin jadi
nikmat) lha ini dengan sekuat tenaga… huuh sakitnya minta ampun hingga ingsun
menjerit-jerit……. Tapi, setelah itu semua suasana normal kembali, P.tarminto
juga kliatan gak dendam kepada kami, bahkan kembali berhumor-ria saat mengajar,
sebagaimana sifat belaiu yang suka humor, dia lah guru favoritku, tapi
sekarang sudah almarhum ( lahul-faatihah )…….
FOOTNOTE : Setiap pebuatan itu ada resikonya, sedangkan baik
buruknya resiko, sanggat ditentukan oleh kualitas, intensitas dan jenis
perbuatan tersebut………..
0 Komentar