PUASA SEBAGAI PROSES METAMORFOSA

 

METAMORFOSA bukanlah kata yang baku dalam Bahasa Indonesia. Kata yang baku sesuai standar bahasa adalah METAMORFOSIS. Adapun arti dari Metamorfosis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perubahan bentuk atau pun susunan. KBBI juga mengartikan metamorfosis sebagai peralihan bentuk contohnya dari ulat menjadi kupu-kupu.

Dalam konteks Ilmu Biologi, metamorfosis diartikan sebagai suatu proses perkembangan biologis yang terjadi pada hewan tertentu di mana didalamnya melibatkan perubahan penampilan secara fisik dan atau juga struktur setelah proses penetasan atau kelahiran. Perubahan fisik pada proses metamorfosis ini disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan sel dan diferensiasi sel yang radikal.

Namun dalam bahasan ini lebih familiar kita pakai istilah metamorfosa, yakni sebuah proses perubahan bentuk fisik yang diekspresikan dalam perilaku dan perubahan susunan atau stuktur ruhaniyah menjadi lebih baik, sebagai tujuan akhir dari proses seluruh ibadah dengan berbagai macam jenisnya, selain bertujuan taqarrub atau mendekatkan diri kepada Alloh.

Demikian pula dalam proses amaliyah ibadah puasa, di mana pengertian puasa, yang menahan diri atau mencegah dari makan, minum dan berkumpul dengan istri di siang hari, yakni sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari berarti sebuah proses perubahan bentuk dan struktur manusia muslim, untuk mencapai tujuannya yakni pribadi muttaqin, yang diantara perubahan struktur itu adalah proses menghilangkan dan mengikkis sifat tamak dan rakus, jiwa sudi dan suka berbagi dengan sesama dan tidak memanjakan serta mengabdi pada pemenuhan nafsu syahwat saja dalam menjalani hidup di dunia ini

Sebagaimana  seekor ulat yang sebenarnya merupakan binatang menjijikkan dan dihindari karena bulunya yang membuat gatal bahkan panas bila tersentuh kulit,,padahal ulat berasal dari telur kupu-kupu yang indah, namun kemudian ulat bersemedi dan berpuasa di dalam kepompong selama 7-20 hari, maka pada puncak prosesnya ia menjadi seekor kupu-kupu yang indah.

Pun seorang muslim yang berpuasa, ia meninggalkan makan, minum dan berkumpul dengan pasangan selama sehari seperti ulat yang beridam di dalam kepompong, maka dalam masa sebulan, di bulan Ramadhan, mestinya seorang muslim telah melalui proses metamotfosis yang menjadikan dirinya  manusia baru yang fitrah dan suci.

Namun semuanya tergantung dari keseriusan dan niat dari proses puasa tersebut, karena tidak jarang orang berpuasa hanya berorientasi pada pencegahan larangan fisik yang dapat membatalkan puasa, dan tidak secara total melakoni proses metamorfosisnya, sehingga di akhir Ramadhan mereka hanya hanya meraih lapar dan dahaga, seperti sinyalemen Kanjeng Nabi Muhammad saw, yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Ibnu Majah, yang artinya: “Banyak di antara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga.”  Sehingga tujuan metamorphosis dari puasa, Q.S. al-Baqarah : 183 : “ semoga ( dengan puasa ) kalian bertaqwa “ tidak tercapai.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa manusia dilahirkan dalam kondisi suci dan fitrah, sebagaimana hadits Nabi saw, artinya “ Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci “, namun tahapan hidup setelah itu, si bayi beranjak dewasa dan mulai mengenal kenikmatan dunia yang menipu atau “ mata’ul ghurur “, dan dia mulai bersosialisasi dengan manusia lain dengan berbagai macam watak dan karakter yang seringkali ia terpengaruh dan terkontaminasi, belum lagi bisikan syetan yang terus mendera hati dan perasaannya, serta dorongan nafsu yang menuntut untuk dipenuhi. Maka keadaan fitrah bayi secara perlahan tapi pasti mengalami perubahan secara signifikan dan terkontaminasi. Maka di usia aqil balighnya ia dibebani Alloh dengan hukum wajib untuk melaksanakan ibadah dengan berbagai macam dan jenisnya, yang merupakan sarana metamosfosa untuk mengembalikan kondisi fitrah awal kelahirannya.

Maha Rahman Alloh Yang telah mengkaruniakan sebuah bulan di antara 12 bulan sebagai bulan penuh rohmat dan ampunan, sehingga dapat menjadi sarana metamorfosa kaum muslimin dari noda-noda khilaf dan dosa di masa setahun, dengan melalui proses mengurung dan membatasi diri secara fisik dan psikis dalam menjalani puasa Ramadhan dan amaliyah ibadh lain di selama Ramadhan.

Sungguh, bila setiap muslim melalui bulan Ramadhan dengan niat yang benar dan benar, serta mengharap ridlo dan apunan dari Alloh, pastilah bisa menjadi sarana bermetamorfosa dari kondisi berlumur khilaf dan dosa menjadi pribadi suci nan fitrah serta meraih kemenangan, sebagaimana hadits Nabi saw dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan melewati Ramadhan dengan berpuasa menahan lapar dan dahaga dan menahan tuntutan nafsu syahwat secara fisik, digenapi dengan amaliyah sunnah di dalamnya, seperti sholat tarawih, membaca al-Qur’an, bersedekah dan ber-I’tikaf di 10 hari akhir Ramadhan, maka sempurnalah pensucian lahir dan batinnya, sehingga hasil metamorfosisnya berupa pribadi yang muttaqin, bagai kupu-kupu yang indah, menarik hati bagi yang melihat, dan merasa damai kala mendekat, serta menumbuhkan nuansa bahagia jika bersahabat. Itulah proses metamorfosa seorang muslim melalui puasa Ramadhan dapat tercapai secara sempurna.

Pada akhirnya, marilah kita berdoa, semoga metamorphosis kita selama Ramadhan Kari mini dapat berjalan dengan baik dan lancer, sesuai dengan syari’at Alloh dan Nabi saw, sehingga peraih derajat taqwa, aamiin