Kiat hidup di zaman fitnah :
Nabi SAW bersabda
Dalam
sebuah hadits dari Abdullah bin Amr bin al’Ash r.a, beliau berkata : “Di kala
kami berkumpul di hadapan Rasulullah Saw dan diceritakan tentang adanya
godaan-godaan (fitnah), maka Nabi Saw bersabda :’Di
mana kamu telah melihat manusia merusak janjinya, dan sedikit amanatnya. Dan
mereka sudah menjadi demikian’. Nabi Saw kemudian memberi isyarat seraya
menjalinkan jari-jari tangannya, sebagai isyarat campur aduknya kebaikan dan
kejahatan).
“Aku bertanya : ‘Jika sudah
demikian, kami harus bagaimana ya Rasulullah?’
“Jawab Rasulullah : ‘Maka kamu harus menetap di
rumah. Kuasai lidahmu. Ambillah apa yang kau ketahui baik, dan
tinggalkan apa yang tidak engkau kenal. Dan perbaiki khusus dirimu serta
tinggalkan urusan umum”.
Salah satu poin solusi menghadapi zaman fitnah,
sebagaimana tersebut dalam hadits di atas adalah menetap di rumah, tentu
dalam arti memfungsikan rumah sebagai tempat yang nyaman dan aman sebagaimana
kebanggan Nabi SAW atas keluarganya, sehingga beliau menyifati rumah belaiu
sebagai syurga “ Baitiy Jannati “
Faktor
ini mungkin yang sering kita abaikan, sehingga banyak manusia yang menjadikan
rumah sebagai tempat singgah, di tengah-tengah kesibukannya berkiprah dalam
kehidupan, sehingga rumah tidak memberikan kenyaman dan keamanan, tapi justru
rumah menjadi sumber konflik dan permusuhan.
Tipologi
dan budaya modern telah meracuni banyak keluarga muslim : di mana masing masing
anggota keluarga saling sibuk berlomba mengejar pemenuhan kebutuhan materi
duniawi, mereka sering beraktifitas di luar rumah dan tidak jarang ketika
pulang ke rumah justru membawa masalah dan musibah
Padahal
Alloh memerintahkan orang-orang yang beriman, untuk menjaga diri dan anggota
keluarganya dari api neraka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS.at-Tahrim:6)
Seorang bernama Abu Bashir pernah bertanya kepada Imam Ja’far
As-Shodiq, bertanya tentang maksud ayat
di atas, Dia bertanya, “Aku mampu memelihara jiwaku, tapi bagaimana aku
akan menjaga keluargaku (dari api neraka)?”
Imam
Ja’far menjawab, “Perintahkan mereka sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah
dan larang lah mereka sesuai dengan apa yang dilarang oleh-Nya. Jika mereka
menaatimu maka engkau telah menjaga mereka, namun jika mereka melanggar apa
yang kau katakan maka engkau telah melaksanakan kewajibanmu.”
Dari paparan di atas, maka jelas lah, kita sebagai kepala
keluarga, mempunyai kewajiban untuk menjaga diri dari api neraka, dengan
mengokohkah iman dan taqwa, beristiqomah dalam menjalankan syari’at agama, pun
berkewajiban terhadap keluarga kita masing-masing.
Sebab, jika kita mengabaikannya, maka tuntutan di alam
akherat tidak dapat dielakkan lagi, yang akan mengakibatkan kesengsaraan hidup
selamanya di akherat.
Oleh
sebab itu, dari mimbar yang mulia ini saya mengajak diri saya dan jamaah
sekalian, amrilah kita berupaya menciptakan rumah bernuansa surge, yakni
membangun keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah, keluarga yang tenteram,
penuh kasih dan saying.
Adapun
caranya adalah :
1.
Melandasi kehidupan rumah tangga
dengan ketaatan kepada Alloh dan mengikuti sunnah Rasululloh SAW.
Dimana
setiap kebijakan, gerakan dan aktifitas keluarga, selalu dilandaskan pada
sebuah pertanyaan : Apakah yang demikian itu Alloh ridlo, apakah hal semacam
ini Rasulullah melakukan?... sehingga nuansa keluarga agan terpancari nur cahaya
ilahi yang membuat benderang hati dan jiwa keluarga tersebut.
Sehingga
setiap hal yang tidak diridloi oleh Alloh, hendaknya keluarga ini sepakat untuk
menghindari dan saling bahu membahu serta tolong menolong untuk menuju
keridloan Alloh
Wata’aawanu
‘alal birri wat taqwa, walaa ta’aawanu ‘alal itsmi wal ‘udwaan
Watawaashou bil haq-watawaashou bish-shobr
2. Menjadikan ruh ibadah atas
setiap aktifitas dalam keluarga, yakni setiap aktifitas yang dilakukan
oleh anggota keluarga hendaklah selalu berorientasi ibadah… seperti saat
makan, saat bercengkerama dan saat beraktifitas di dalam rumah, hendaknya
selalu diarahkan kepada kebaikan dan kemaslahatan keluarga, seperti
membuat jadwal kegiatan ibadah rutin dalam keluarga tersebut, membaca
al-qur’an, membiasakan makan bersama keluarga dan beribadah berjamaah, dan
akan lebih sempurna lagi apabila seluruh anggota keluarga terlibat
langsung dalam ceremonial ibadah, bulai bapak, ibu dan anak secara
bersama-sama ke masjid mengikuti kegiatan sholat fardlu, atau majelis ilmu,
majelis dzikir dan majelis sholawat.
Sebab dengan kebersamaan dan kebiasaan berjamaah itulah
Alloh akan mencurahkan berkah dan rahmatnya, dan sebaliknya jika dalam
komunitas terkecil/ lembaga keluarga telah hilang ruh jamaahnya, maka Nabi
mengingatkan bahwa setan selalu mengintai, ibarat segerombolan domba yang
selalu bersama, maka serigala tak akan menerkan dan memangsanya, kecuali domba
itu lepas dari perkimupulan gerombolan domba tersebut.
Pun demikian
keluarga kita
Pada akhirnya,
marilah kita bangun keluarga kita sebagai benteng pertahanan yang kokoh, penuh
dengan nuansa ilahiyah yeng menjadikannya bagai surge, yang diharapkan dapat
menyelamatkan kita dari zaman fitnah seperti sekarang ini.
Kesimpulan :
1.
Di zaman fitnah, salah satu solusianya adalah
meningkatkan fungsi keluarga sebagai benteng pertahanan
2.
Membangun keluarga yang benar-benar menjaga anggota
keluarganya dari musibah dan siksa neraka
adalah dengan :
a.
Meneguhkan takwa kepada Alloh dan mengikuti sunnah Nabi
sebagai landasan kehidupan dalam keluarga
Memebrikan ruh ibadah pada setiap aktifitas anggota
keluarga, dan menjauhkan dari segala maksiat dan mungkarot
0 Komentar