Khutbah
Jum'at : renungan di bulan dzulhijjah
الْحَمْدُ للهِ القَوِيِّ المَتِينِ،
سُبْحَانَهُ خَلَقَ الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَهَدَاهُ لِلْمَنْهَجِ
القَوِيمِ، وَسَنَّ شَرَائِعَ فِيهَا القُوَّةُ وَالتَّمكِينُ، بِحِكْمَتِهِ
نُؤْمِنُ، وَبِقُدْرَتِهِ نُوقِنُ، عَلَيْهِ نَتَوَكَّلُ، وَإِيَّاهُ نَستَعِينُ،
أَحْمَدُهُ تَعَالَى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الْحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ،
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيَّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، لَمْ يَزَلْ
مُتَوَكِّلاً عَلَى رَبِّهِ، وَاثِقًا بِوَعدِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَعَلَى كُلِّ مَنْ اقْتَفَى أَثَرَهُ وَتَرَسَّمَ خُطَاهُ
إِلَى يَومِ الدِّينِ, أمّا بعد
Hadirin Jama’ah Jum’at….
Marilah kita pertahankan dan selalu kita tingkatkan, takwa kepada Alloh SWT, dengan selalu menaati perintah-perintahNya, serta menjauhi segala apa yang dilarang. Karena hanya ketakwaan yang baik dan sempurnalah, yang menjamin kebahagiaan kita, di dunia dan akhirat.
Marilah kita pertahankan dan selalu kita tingkatkan, takwa kepada Alloh SWT, dengan selalu menaati perintah-perintahNya, serta menjauhi segala apa yang dilarang. Karena hanya ketakwaan yang baik dan sempurnalah, yang menjamin kebahagiaan kita, di dunia dan akhirat.
Pada hari ini, kita telah berada di awal bulan Zulhijjah 1437 H, itu
berarti tidak berapa lama lagi kita akan bertemu dengan hari raya ‘Idul Adha/
hari raya qurban dan juga akan melaksanakan sholat ‘Idul Adha. saat ini,
jama’ah haji kita sedang melaksanakan rangkaian manasik haji, untuk itu kita
do’akan semoga saudara-saudara kita itu mendapatkan prediket haji mabrur.
Hadirin sidang jumu’ah yang berbahagia.
Rangkaian manasik haji itu merupakan napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim dan keluarganya, seperti Sa’I, adalah gambaran perjaanan Siti Hajar dalam mencari Air demi kelangsungan hidup buah hatinya, Ismail as. Kemudian melontar Jumroh, adalah gambaran permusuhan abadi antara manusia dengan Iblis ‘alaihi laknat, dimana Iblis berusaha menggoda Siti hajar, Nabi Isma’il dan Nabi Ibrahim agar supaya penyembelihan yang akan dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap putranya Isma’il sebagai wujud dari ketaatan beliau kepada Allah gagal dilaksanakan.
Hadirin yang berbahagia
Pelajaran yang dapat kita ambil dari bulan Dzulhijjah, adalah bagaimanateguhnya iman dan tauhid Nabi Ibrahim AS, sehingga beliau sabar dan ikhlas dalam berkorban. Dalam sejarah dapat kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim pernah menyembelih korban sebanyak seratus ekor onta dan dagingnya dibagi-bagikan kepada penduduk disekitarnya, demi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sudah demikian hebatnya ibadah Nabi Ibrahim ini, namun Allah masih ingin mengujinya, sampai seberapa hebatkah Nabi Ibrahim ini dalam menghadapi ujian dari Allah. Ternyata ujian kali ini pun ia lulus dengan ujian yang begitu berat, yaitu diperuntah untuk menyembelih putra tercinta dan semata wayang pula. sebagaimana terdapat dalam Surah as Shoffat ayat 102
Hadirin sidang jumu’ah yang berbahagia.
Rangkaian manasik haji itu merupakan napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim dan keluarganya, seperti Sa’I, adalah gambaran perjaanan Siti Hajar dalam mencari Air demi kelangsungan hidup buah hatinya, Ismail as. Kemudian melontar Jumroh, adalah gambaran permusuhan abadi antara manusia dengan Iblis ‘alaihi laknat, dimana Iblis berusaha menggoda Siti hajar, Nabi Isma’il dan Nabi Ibrahim agar supaya penyembelihan yang akan dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap putranya Isma’il sebagai wujud dari ketaatan beliau kepada Allah gagal dilaksanakan.
Hadirin yang berbahagia
Pelajaran yang dapat kita ambil dari bulan Dzulhijjah, adalah bagaimanateguhnya iman dan tauhid Nabi Ibrahim AS, sehingga beliau sabar dan ikhlas dalam berkorban. Dalam sejarah dapat kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim pernah menyembelih korban sebanyak seratus ekor onta dan dagingnya dibagi-bagikan kepada penduduk disekitarnya, demi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sudah demikian hebatnya ibadah Nabi Ibrahim ini, namun Allah masih ingin mengujinya, sampai seberapa hebatkah Nabi Ibrahim ini dalam menghadapi ujian dari Allah. Ternyata ujian kali ini pun ia lulus dengan ujian yang begitu berat, yaitu diperuntah untuk menyembelih putra tercinta dan semata wayang pula. sebagaimana terdapat dalam Surah as Shoffat ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا
تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ (الصافات: 102)
“Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Mari kita renungi bersama, untuk kita yang dikaruniai oleh Allah kelebihan rezeki, adakah kita berkorban tahun ini. adakah kita mau mengorbankan sebagian rezeki yang kita dapatkan dengan bersedekah atau menginfakkannya di jalan Allah, ataukah kita masih saja suka menggerutu atas apa yang kita miliki sebagai karunia dari Alloh, saat ini? jawabannya ada pada diri kita masing-masing. jika kita belum sepenuhnya ikhlas membelanjakan harta di jalan Allah, belum tergerak hati untuk membantu fakir miskin, belum tergerak untuk infak ataupun shodaqoh, demi kemaslahat umat dan masyarakat, maka apalah artinya kita setiap tahun, melewati bulan dzul hijjah, dan mengikuti prosesi ‘idul adha, juga mendengarkan khutbah tentang kemurnian tauhid serta pengorbanan Nabiyulloh Ibrahim as.
Hadirin yang berbahagia
mengenai Hukum berkurban bagi yang mampu, terdapat dua pendapat ulama’, Imam Hanafi berpendapat bahwa hukumnya wajib, sedangkan jumhur ulama’ selain imam hanafi mengatakan bahwa hukum berkurban itu adalah Sunnah Muakkadah, dan pendapat inilah yang paling kuat, namun alangkah baiknya bagi orang yang mampu, hendaknya ia melaksanakan ibadah kurban, sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah atas rizki yang Allah karuniakan kepada kita, dan sebagai sarana dalam mendekatkan diri kepada Allah swt, dan sejalan pula dengan hadits Rasulullah saw sebagaimana yang terdapat dalam kitab Fathul Bari karangan al Imam Ibnu Hajar al Asqolani dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau berkata :
حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ
فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
Artinya : Telah
menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin ‘Ayyasy dari Abdurrahman bin Hurmuz Al A’raj dari Abu Hurairah,
dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Bersabda: “Barangsiapa
mendapatkan kelapangan dalam rizki namun tidak mau berkurban maka janganlah
sekali-kali mendekati tempat Shalat kami.” (H.R. Ahmad)
Hadirin yang berbahagia
Selanjutnya, berkaitan dengan mulainya kita masuk bulan Dzul hijjah, adalah bagaimana kita menyikapi setiap ujian yang datang dari Allah SWT. Untuk meningkatkan derajat keimanan dan ketaqwaan kepadaNya.
Setiap kita pasti pernah mengalami ujian dalam hidup ini. Hanya saja kadar dan bentuknya yang berbeda. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka makin hebat pula ujian yang dihadapinya. Para nabi adalah orang-orang yang paling hebat ujiannya, dan mereka bersabar dalam menghadapi ujian tersebut, sehingga Allah Swt menaikkan derajat mereka.
Mari kita simak firman Allah SWT dalam QS. Al-Ankabut : 2-3
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. dan Sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
Hadirin yang berbahagia
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan cobaan ataupun ujian Allah SWT.
Pertama, Allah SWT menjadikan cobaan sebagai sunnah-Nya untuk mengetahui siapa yang jujur dan siapa yang dusta, siapa yang mukmin dan siapa yang munafik. Andaikata semua ujian itu enak dan mudah, niscaya semua orang akan mengakui bahwa dirinya jujur dan benar. Akan tetapi Allah menampakkan siapa orang-orang yang betul-betul jujur dan siapa yang hanya sebatas ucapan, khususnya dalam menjalani ketaatan kepadaNya
Kedua, dengan adanya ujian ataupun cobaan, Allah SWT membersihkan barisan Islam . siapa yang suka mencela Islam, memusuhi orang-orang sholeh, alim ulama’ dan siapa yang benar-benar memperjuangkan Islam serta mencintai orang-orang sholeh dan Ulama’ yang memperjuangkan Islam. Karena lisan adalah jendela dari nuansa hati manusia, maka dari lisan Alloh menguji keikhlasan dalam membela agama Alloh.
Ketiga, dengan ujian itu Allah hendak membersihkan dosa-dosa dan kesalahan kita. Maka dari itu, mari kita senantiasa memohon kepada Allah agar termasuk orang-orang yang apabila berbuat dosa diberi kekuatan dan kesempatan untuk bertaubat dan diterima taubat kita, apabila diberi nikmat, kita mohon agar menjadi orang yang bersyukur, apabila diberi cobaan, kita menjadi orang yang bersabar.
Keempat, dengan adanya cobaan itu, akan semakin menyadarkan kita bahwa betapa kerdilnya diri ini, betapa kecil dan tidak berartinya kita, dibanding ke- Maha Besarnya Allah SWT, sehingga dalam menjalani hidup ini, kita hanya bergantung dan pasrah kepada Allah semata. Dengan selalu berusaha secara lahir, dan sejalan itu, menawakkalkan ruhaniyah kita, hanya kepada Alloh
Kelima, dengan adanya cobaan, hendaknya kita segera bangkit untuk memulai hidup yang baru . Jika kita menderita karena menegakkan agama Allah, maka bersabarlah sambil terus berusaha dengan mengorbankan apa saja yang kita miliki, dengan tenaga, harta serta fikiran. Namun di sisi lain, apapun hasilnya, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah semata.
Keenam, cobaan dan ujian dalam membenarkan dan mengimani kalimat tauhid secara penuh dan sempurna, karena kalimat tauhid tidak bisa muncul secara sepontan dan kuat dari seseorang kecuali pada saat ia ditimpa cobaan. Pada saat seperti itu kalimat tauhid akan muncul secara jujur dari hatinya. Allah tidak akan marah walaupun nama Nya disebut hanya pada saat kita kaget ataupun pada saat genting yang tidak ada lagi yang bisa diharapkan pertolongannya.dan kalimat tauhid itu pula yang dapat menyelamatkan hidup kita di akherat, manakala kita rajin melafalkannya.
Akhirnya, semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu taat dalam menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya, bersyukur jika mendapat nikmat dan bersabar jika mendapat musibah. Dan Alloh melimpahi kelapangan rizki kepada kita, sehingga kita bisa itba’ mengikuti sunnah Nabiyulloh, kholilulloh Ibrahim AS, Amin yarobbal ‘alamin.
با رك الله لى ولكم فى القران العظيم, ونفعنى وايا كم بما فيه من الايا ة والذ كرالحكيم, اقول قولى هذا زاستغفروه انه هوالغفور الرحيم
KUTBAH KE 2
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
0 Komentar