Oleh : H. Yusron Kholid,M.Pd.I
Salah satu hadits yang sering digunakan oleh
para dai adalah terkait pembagian keutamaan bulan Ramadhan menjadi tiga, yaitu
sepuluh hari pertama rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh
hari ketiganya adalah terbebas dari api neraka.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam
Syuʽabul Iman dan juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Sahih ibn
Khuzaimah, artinya, “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya
adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka.”
Kalau puasa Ramadhan sebuah proses taqarrub (
mendekatkan diri kepada Alloh ) dan tazkiyah ( pensucian diri ) maka pembagian
tahapan Ramadhan dalam hadits tersebut sungguh berselaras secara manual, di
mana di hari-hari awal bulan Ramadhan dapat kita rasakan nuansa rahmat Alloh,
dimana kaum muslim dengan sukacita “ mangayu bagyo “ menyambut datangnya
Ramadhan, hal itu tampak pada ramainya masjid dan musholla khususnya dalam
pelaksanaan sholat Isya’ dan Tarawih.
Apa sesungguhnya makna “ rahmat “ sehingga
efeknya dapat memunculkan motivasi kuat untuk merasa senang di dalamnya ?. Rahmat
dalam bahasa arab, yang terdiri dari tiga huruf râ’, hâ’,
dan mîm. Menurut Ibnu Faris dalam Maqâyîs al-Lughah setiap kata
Arab yang berakar dari tiga huruf râ’, hâ’,
dan mîm memiliki arti dasar ‘kelembutan, kehalusan dan kasih sayang’.
Sedangkan menurut al-Ashfihani dalam Mufradât Alfâdzh al-Qur’an, kata
rahmat berarti ‘kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi’.
Terkadang rahmat hanya khusus berarti ‘kelembutan’. Kadang juga hanya berarti
‘berbuat baik’ atau kadang “ kasih sayang “.
Pada dasarnya rahmat (kasih sayang) itu berasal
dari Alloh, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang (al-Rahmân al-Rahim). Allah swt
adalah sumber rahmat (kasih sayang) yang tersebar di alam semesta ini. Allah
swt mewajibkan bagi diri-Nya sendiri untuk ber-sifat rahmat (kasih sayang) sebagaimana difirmankan dalam QS al-Anʻam [6]:
12. Yang artinya : “ Dia telah menetapkan (sifat) kasih sayang pada
diri-Nya “
Dan di dalam al-Hadits, Shahîh al-Bukhârî melalui
jalur Abu Hurairah ra, Nabi Besar Muhammad saw pernah menyatakan, Pada hari
penciptaannya, Allah swt menciptakan 100 (seratus) rahmat (kasih sayang). 99
rahmat (kasih sayang) masih dipegang oleh Allah swt untuk disimpan. Hanya satu
rahmat saja yang disebarkan oleh Allah swt bagi seluruh makhluknya. Sementara
menurut Shahîh Muslim dari Salman al-Farisi, satu rahmat itu
disebar di muka bumi sehingga cukup bagi seorang ibu menyayangi anaknya dan
semua makhluk baik manusia, burung, semua jenis hewan dan jin dapat mengasihi
satu sama lain. Lalu 99 rahmat sengaja ditahan oleh Allah swt untuk memberi
rahmat bagi seluruh hamba-Nya pada hari kiamat.
Sebagaimana kasih sayang seorang ibu kepada
anak-anaknya, mampu menumbuhkan ikatan batin yang sangat kuat, yang membuat
anak-anak mereka selalu terpaut rasa batinnya, dan sering menumbuhkan rasa
rindu yang dahsyat tiada terkira, dan begitupun bagaimana para anak merasa aman,
nyaman dan tenteram di dekat ibunya, itulah aura yang terpancar dari rasa kasih
sayang.
Maka nuansa Ramadhan di awal-awal harinya
sangat terasa nuansa nyaman, senang dan sukacita itu, tak pelak kaum muslim
menikmatinya dengan gegap gempita. Namun sayang seribu sayang nikmatnya rahmat
di awal Ramadhan tidak memicu motivasi untuk mendulang maghfiroh pada tahap
berikutnya, yakni maghfiroh , berjuta pertanyaan muncul, kenapa mayoritas
muslim merasa cukup dengan mereguk rahmat, tanpa tertarik untuk merengkuh
maghfiroh.
Di sisi lain, diantara watak dasar manusia,
khususnya mereka yang memiliki karakter sanguinis, yang oleh para ahli
psikologi menyebut diantara kecenderungannya adalah mudah bosan. Mudah bosan
inilah barangkali yang membuat menurunnya motivasi dan ketertarikan, sehingga
di hari-hari akhir 10 hari awal Ramadhan tampak adanya penurunan minat untuk
menikmati sajian ruhani yang Alloh
hidangkan selama Ramadhan.
Dan hal itu juga bisa dipengaruhi sifat dasar
manusia yang lain, yakni “ suka tergesa-gesa “ sebagaimana firman Alloh, yang
artinya : "Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa
untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (Al-Isra’
11) , di mana banyak diantara kita yang selalu berharap imbalan atau pahala
dari ibadah itu diberikan kontan saat di dunia ini, padahal hal itu sangat
mustahil terjadi , karena bukankah dunia ini tempat menanam kebaikan yang
buahnya akan dipanen di akherat ? sehingga pahala amaliyah ibadah tidak
diwujudkan kontan 100% di kehidupan dunia ini, namun sebagai investasi akherat
yang akan dapat diterima kelak di kehidupan akherat, adapun yang diberikan di
dunia ini hanya sangat kecil yang diharapkan manusia dapat termotivasi untuk
giat melaksanakan ibadah, dan agar dapat melaksanakannya secara istiqomah.
Di sisi lain, tahapan 10 hari awal Ramadhan
adalah etape pertama dari 3 tahapan, yang semestinya mampu mendorong semangat
untuk menapaki tahapan berikuitnya, sebagaimana aktifitas lomba berangkai baik
itu relly mobil, trilogy maupun pemainan game, di mana pada tahap awal selalu
minim tantangan dan mudah untuk dilewati, namun di level berikutnya, tentulah
meningkat faktor kesulitan dan tantangannya. Dan bagaimanapun juga seorang
gamer pastilah berkeinginan dan semangat untuk melahap semua etape dan level,
demi mendapatkan hadiah dan bonus.
Sangat ironi memang, jika seorang muslim sudah
puas menyelesaikan level awal dan etape pertama, tanpa menuntaskan
tingkatan-tingkatan level berikut hingga akhir Ramadhan. Untuk itu dibutuhkan
niat yang bulat, kemauan yang kuat serta keikhlasan yang tinggi untuk dapat
melampaui etape tahapan Ramadhan sehingga menggapai derajat muttaqin, yakni
orang yang bertaqwa, yang bersih suci hatinya karena dosa khilafnya telah
terampuni, dan menggapai kemenangan karena telah mampu mengendalikan tuntutan
nafsu yang tidak diridloi Alloh, tapi justru memperturutkan nafsul-mutmainnah
yang selalu dirahmati Alloh.
Dengan memasang niat yang bulat, kemauan yang
kuat serta keikhlasan yang tinggi, pastilah akan mampu melewati tantangan dan
kesulitan selama Ramadhan, apalagi dengan mengikuti “ tutorial syari’ah “ yang
diajarkan baginda Rasul saw.maka semua nuansa yang membuat jiwa galau dan
bimbang akan kebenaran fadhilah Ramadhan pasti akan hilang dan teratasi,
sehingga seorang muslim mampu melahap dengan rakus sajian-sajian ruhani
spiritual dari Alloh selama Ramadhan.
Semoga rahmat dan kasih saying Alloh selalu
meneduhi kita sehingga terjaga ghirah dan motivasi yang kuat untuk menuntaskan
secara sempurna, amaliyah ibadah selama Ramadhan tahun ini, amin yaa
mujiibas-sailin
0 Komentar